Pertambangan Batubara

Pertambangan permukaan yang digunakan selama sekitar 40% dari produksi batu bara di dunia. When coal deposits are near the surface, it may be inexpensive to extract the coal using surface mining methods. Bila deposit batu bara yang dekat dengan permukaan, mungkin murah untuk mengambil batu bara yang menggunakan metode pertambangan permukaan. The different types of surface mining are modern surface mining, strip or area mining, contour mining, and mountaintop removal mining. Berbagai jenis permukaan pertambangan yang modern permukaan pertambangan, strip atau wilayah pertambangan, garis pertambangan, dan pertambangan mountaintop pemecatan.
The most usual surface mining method is strip or area mining. Yang paling biasa adalah metode pertambangan permukaan strip atau wilayah pertambangan. This method is most apt for areas with flat terrain. Metode ini paling tepat untuk daerah-daerah dengan datar. Strip mining exposes the coal by removing the earth above the coal seam in long cuts or strips. Strip exposes pertambangan batu bara yang mengeluarkan oleh bumi di atas batu bara di parut luka lama atau strip. When all the earth above the coal seam is removed, the underlying coal seam will be exposed. Ketika seluruh bumi di atas batu bara kelim dihapus, dengan batu bara yang akan terkena parut. The exposed coal block may be drilled and blasted. Batu bara yang terkena mungkin blok bor-boran dan jahanam. Once this strip is empty of coal, the strip mining process is repeated with a new strip being created next to it. Setelah ini strip kosong batu bara, pertambangan strip proses ini diulang dengan strip yang baru dibuat di sampingnya.

The contour mining method is the surface mining method which is most commonly used in areas with rolling to steep terrain. Dengan metode garis pertambangan permukaan pertambangan adalah metode yang paling umum digunakan di daerah-daerah dengan rolling ke daerah yang tajam. This method involves removing the earth above the coal seam in a pattern following the contours along a ridge or around a hillside. Metode ini melibatkan mengeluarkan bumi di atas batu bara di pelipit mengikuti pola kontur yang sepanjang ridge atau sekitar sebuah bukit. This method may cause severe landslide and erosion problems. Metode ini dapat menyebabkan erosi dan tanah longsor parah masalah. To solve these problems, a variety of methods were devised to use freshly cut overburden to refill mined-out areas. Untuk memecahkan masalah ini, berbagai metode yang dirancang untuk menggunakan baru dipotong untuk isi ulang membebani beranjau-keluar daerah. There are limitations on contour strip mining. Ada keterbatasan pada garis strip pertambangan. When the operation reaches a predetermined stripping ratio, it is not profitable to continue. Ketika mencapai operasi yang ditentukan stripping ratio, tidak menguntungkan untuk melanjutkan.

Mountaintop removal coal mining is a surface mining method which involves removal of mountaintops to expose coal seams, and disposing of associated mining overburden in nearby valleys and hollows fills. Mountaintop removal pertambangan batu bara pertambangan permukaan adalah metode yang melibatkan penghapusan mountaintops untuk mengungkapkan seams batu bara, dan pertambangan yang terkait disposing of overburden di dekat lembah dan hollows mengisi. Mountaintop removal mining method combines area and contour strip mining methods. Mountaintop removal menggabungkan metode pertambangan dan kawasan pertambangan metode garis strip.

Modern Open cast surface mining methods recovers a greater proportion of the coal deposit than underground methods. Modern Terselesaikan cast permukaan pertambangan metode recovers proporsi yang lebih besar dari deposit batu bara dari metode bawah tanah.

Deep underground mining is needed when coal seams are found too deep underground. Deep underground pertambangan batu bara diperlukan bila ditemukan seams terlalu jauh di bawah tanah. The main underground mining methods are Longwall mining, Continuous mining, Blast mining, Shortwall mining and Retreat mining. Utama pertambangan di bawah tanah metode Longwall pertambangan, Continuous pertambangan, Blast pertambangan, dan pertambangan Shortwall Retreat pertambangan.


Longwall mining covers for about 50% of underground production. Longwall pertambangan mencakup sekitar 50% dari produksi di bawah tanah. It uses a sophisticated machine with a rotating drum that moves mechanically back and forth across a wide coal seam. Menggunakan mesin canggih dengan memutar drum yang bergerak mekanis bolak-balik batu bara di berbagai bekas luka. Longwall mining helps for high levels of production with high safety. Longwall pertambangan untuk membantu tinggi tingkat produksi dengan tingkat keselamatan. Sensors used in this process of mining helps in detecting the amount of coal remaining in the seam while robotic controls helps in enhancing the efficiency of the process. Sensor ini digunakan dalam proses pertambangan membantu dalam mendeteksi jumlah batubara yang tersisa di bekas luka sambil kontrol robot membantu dalam meningkatkan efisiensi proses.

Continuous mining is used for about 45% of underground coal production. Pertambangan terus digunakan selama sekitar 45% dari produksi batu bara bawah tanah. Continuous mining uses a machine with a large rotating steel drum equipped with Terus pertambangan menggunakan mesin yang besar dengan memutar drum yang dilengkapi dengan baja
tungsten carbide teeth to scrape coal from the seam. tungsten karbit gigi untuk mengikis batu bara dari bekas luka.

Blast mining accounts for less than 5% of total underground production in US Blast mining is an older practice that uses explosives such as dynamite to break up the coal seam. Blast pertambangan menyumbang kurang dari 5% dari total produksi di bawah US Blast pertambangan merupakan praktek lama yang menggunakan bahan peledak seperti bahan peledak untuk istirahat di atas batu bara parut. The broken coal is then gathered and loaded on to shuttle cars or conveyors and carried to a central loading area. Batu bara yang rusak tersebut kemudian dikumpulkan dan diambil untuk antar-jemput mobil atau conveyors dan dibawa ke pusat yang dipungut daerah.

Shortwall mining method is used only for less than 1% of deep coal production. Pertambangan Shortwall metode ini hanya digunakan untuk kurang dari 1% dari produksi batu bara mendalam. This method also utilizes a continuous mining machine with moveable roof supports, similar to longwall mining method. Metode ini juga memanfaatkan sebuah mesin pertambangan dpt bergerak dengan atap mendukung, mirip dengan metode longwall pertambangan.

Retreat mining method uses pillars or coal ribs to hold up the mine roof. Retreat menggunakan metode pertambangan batu bara ribs atau pilar untuk terus di atas atap tambang. This method is the one of the most dangerous mining method as it is impossible to predict when the ceiling or roof will collapse and crush or trap the mine workers. Metode ini adalah salah satu yang paling berbahaya pertambangan sebagai metode adalah mustahil untuk memprediksi bila plafon atau atap akan runtuh dan perangkap yang crush atau pekerja tambang.
Readmore »

Coal Miners' Persyaratan Domestik Supply Could Be Slashed

Produsen batu bara Indonesia akan dapat mengekspor persentase lebih besar dari mereka batu bara tahun ini dari sebelumnya sebagai kebutuhan nasional diperkirakan akan jatuh ke lebih dari 10 persen sebagai ekonomi cools, yang Energi dan Sumber Daya Mineral Departemen berfirman. Meskipun pemerintah telah memerintahkan perusahaan untuk cadangan batu bara 32 persen dari mereka tahunan output untuk penggunaan domestik, adalah tokoh yang mungkin direvisi turun, "kata Bambang Gatot Ariyono, departemen dari batubara dan mineral pembangunan direksi.

The domestic market already has sufficient coal, he said, which requires that the ministry revise down its quota. Pasar domestik yang sudah memiliki cukup batubara, katanya, yang mengharuskan departemen merevisi bawah kuotanya. Bambang did not provide a new figure, saying that the quota is revised every three months. Bambang tidak memberikan gambaran yang baru, mengatakan bahwa kuota yang direvisi setiap tiga bulan.

PT Perusahaan Listrik Negara, or PLN, the state-owned utility and the country’s largest coal consumer, is expected to delay or defer projects accounting for 600,000 tons of diminished demand. PT Perusahaan Listrik Negara, atau PLN, yang milik negara dan digunakan di negara konsumen terbesar batu bara, diharapkan untuk menunda atau menangguhkan akuntansi proyek untuk 600.000 ton yg disusuntukan permintaan. Slowing production in industries like cement and textiles has also cut into the domestic forecast, which was initially pegged at 68.3 million tons. Perlambatan produksi seperti di industri semen dan tekstil juga telah dipotong ke dalam domestik ramalan, yang awalnya pegged di 68,3 juta ton.

Coal production for 2009 is estimated at 230 million tons. Untuk produksi batu bara pada 2009 diperkirakan 230 juta ton.

“As long as domestic market demand is met, the companies can export the rest of their production,” said Bambang Setiawan, director general of mineral, coal and geothermal resources at the ministry. "Selama ini permintaan pasar domestik dipenuhi, perusahaan bisa ekspor sisa dari produksi mereka," kata Bambang Setiawan, direktur umum dan mineral, batubara dan sumber daya panas bumi di pelayanannya. “Although it isn’t easy for them to do that amid declining global demand.” "Walaupun tidak mudah bagi mereka untuk melakukan itu di tengah penurunan permintaan global."

“We will calculate again how much the domestic market needs. "Kami akan menghitung lagi berapa banyak kebutuhan pasar domestik. It is much better that we oversupply than have to stop exporting because of rising domestic demand,” he continued. Adalah jauh lebih baik daripada yang kita oversupply harus menghentikan ekspor karena meningkatnya permintaan dalam negeri, "lanjut dia. “Last year we thought PLN’s projects would all come on line, inflating coal demand. "Tahun lalu kami pikir PLN dari semua proyek yang akan datang pada baris, inflating permintaan batu bara. But now PLN has failed to meet its target, leaving us with abundant supplies.” Tetapi sekarang PLN telah gagal untuk memenuhi target-nya, kami akan berangkat dengan perlengkapan yang berlimpah. "

Bambang Gatot said that the 2009 domestic market obligation for coal would only apply to domestic companies that have signed coal contracts. Bambang Gatot mengatakan bahwa kewajiban 2009 pasar domestik untuk batu bara hanya berlaku untuk perusahaan domestik yang telah menandatangani kontrak batu bara. The ministry expects implementing regulations for coal mining licenses and holders of contracts of work to be signed by President Bambang Susilo Yudhohyono in July. Departemen mengharapkan menerapkan peraturan untuk pertambangan batu bara pemegang lisensi dan kontrak kerja yang akan ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhohyono pada bulan Juli.

He also said that the government was deciding between two alternatives for domestic market obligations. Dia juga mengatakan bahwa pemerintah telah memutuskan antara dua alternatif untuk pasar domestik kewajiban. The first would be a direct transfer of coal, and the second would involve establishing a new regulatory body to manage collection. Pertama akan langsung mentransfer batu bara, dan yang kedua akan melibatkan pembentukan badan hukum yang baru untuk mengelola koleksi.

“The treatment would be business to business,” Bambang Gatot said. "Perawatan akan bisnis ke bisnis," kata Bambang Gatot. “If a company’s coal calorie count doesn’t match with what the domestic market demand needs, it could buy from other companies. "Jika sebuah perusahaan batu bara kalori count tidak sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan pasar domestik, dapat membeli dari perusahaan lain. For the second option, we would set up an agency that would take care of the quota and blend the coal in order to get the appropriate calories.” Untuk opsi kedua, kami akan menyiapkan sebuah badan yang akan berhati-hati dari kuota dan paduan dengan batu bara untuk mendapatkan kalori yang sesuai. "

The ministry will choose one of the two options, he added, saying that the coal pricing index may also take into account local coal brands. Departemen akan memilih satu dari dua pilihan, ia menambahkan, bahwa indeks harga batu bara yang juga memperhitungkan batubara merek lokal.

PT Bayan Resources Tbk, the country’s eighth-largest coal producer by output, and PT Adaro Energy Tbk, the nation’s second-biggest producer, have said they intend to ramp up production despite slowing world demand, which remains high, especially from Europe, Japan, Taiwan, Korea and India, Bayan said. Mita Valina Liem/Jakarta Globe PT Bayan Resources Tbk, yang kedelapan-negara produsen terbesar batu bara oleh output, dan PT Adaro Energy Tbk, negara produsen terbesar kedua, telah mengatakan mereka berniat untuk jalan meskipun perlambatan produksi atas permintaan dunia yang masih tinggi, terutama dari Eropa, Jepang, Taiwan, Korea dan India, kata Bayan. Mita Valina Liem / Jakarta Globe
Readmore »

Bijih Besi

1. Mineral dan Bijih

Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah :

1. Bentuk Jebakan

2. Besar dan volume cadangan

3. Kadar

4. Lokasi geografis

5. Biaya Pengolahannya

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan mineral saja yang mempunyai prosentasi relative besar, karena pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur – unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis.

Proses pengayaan ini dapat disebabkan oleh :

1. Proses Pelapukan dan transportasi

2. Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.

Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan (” Enrichment Factor” atau ”Concentration Factor”).

Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen tunggal (”native element”). Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.

Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam (Metallic mineral). Apabila kandungan logamnya trelatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan (”by-product’), misalnya mineral kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut ”gangue mineral” apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan. Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai ’waste mineral”.

Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

Kadar (prosentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijih disebut ”cut off grade”. Kandungan logam yang terpadat didalam suatu bijih disebut ”tenor off ore”. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam cara-cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanya tidak bernilai ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis.

Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat didalam satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung logam nikel dan besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan proses kejadian (genesa) mineral bijih.

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :

1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite

2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite

6. Oksidasi: Limonite dan Hematite

7. Letusan Gunung Api

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral

Susunan kimia

Kandungan Fe (%)

Klasifikasi komersil

Magnetit

FeO, Fe2O3

72,4

Magnetik atau bijih hitam

Hematit

Fe2O3

70,0

Bijih merah

Limonit

Fe2O3.nH2O

59 - 63

Bijih coklat

Siderit

FeCO3

48,2

Spathic, black band, clay ironstone

Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%. Besi atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Bentuk murninya berwarna gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat mudah bereaksi dan mudah teroksidasi membentuk karat. Sifat magnetism besi sangat kuat, dan sifat dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat kekerasan 4-5 dengan berat jenis 7,3-7,8.Besi oksida pada tanah dan batuan menunjukkan warna merah, jingga, hingga kekuningan. Besi bersama dengan nikel merupakan alloy pada inti bumi/ inner core. Bijih besi utama terdiri dari hematit (Fe2O3). dan magnetit (Fe3O4). Deposit hematit dalam lingkungan sedimentasi seringkali berupa formasi banded iron (BIFs) yang merupakan variasi lapisan chert, kuarsa, hematit, dan magnetit. Proses pembentukan dari presipitasi unsur besi dari laut dangkal. Taconite adalah bijih besi silika yang merupakan deposit bijih tingkat rendah. Terdapat dan ditambang di United States, Kanada, dan China. Bentuk native jarang dijumpai, dan biasanya terdapat pada proses ekstraterestrial, yaitu meteorit yang menabrak kulit bumi. Semua besi yang terdapat di alam sebenarnya merupakan alloy besi dan nikel yang bersenyawa dalam rasio persentase tertentu, dari 6% nikel hingga 75% nikel. Unsur ini berasosiasi dengan olivine dan piroksen. Penggunaan logam besi dapat dikatakan merupakan logam utama. Dalam kehidupan seharti-hari, besi dimanfaatkan untuk: Bahan pembuatan baja Alloy dengan logam lain seperti tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan atau mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnet Katalis dalam kegiatan industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidang medis, biokimia, dan metalurgi. Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya

a. Besi primer

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

b. Besi Sekunder (Endapan Placer)

Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat. Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika.Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, transportasi dan pengendapan.

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

G e n e s a

J e n i s

Terakumulasi in situ selama pelapukan

Placer residual

Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak

Placer eluvial

Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air)

 Placer aluvial atau sungai

 Placer pantai

Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak

Placer Aeolian (jarang)

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

c. Endapan besi laterit

Nikel Laterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992).
Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).

Besi dan Alumina Laterit

Besi dan alumina laterit tidak dapat di pisahkan dari proses pembentukan nikel laterit, salah satu produk laterit adalah besi dan almunium. Pada profil laterit terdapat zona-zona di antaranya zona limonit. Zona ini menjadi zona terakumulasinya unsur-unsur yang kurang mobile, seperti Fe dan Al. Batuan dasar dari pembentukan nikel laterit adalah batuan peridotit dan dunit, yang komposisinya berupa mineral olivine dan piroksin. Faktor yang sangat mempengaruhi sangat banyak salah satunya adalah pelapukan kimia. Karena adanya pelapukan kimia maka mineral primer akan terurai dan larut. Faktor lain yang sangat mendukung adalah air tanah, air tanah akan melindi mineral-mineral sampai pada batas antara limonit dan saprolit, faktor lain dapat berupa PH, topografi dan lain-lain.

Endapan besi dan alumina banyak terkonsentrasi pada zona limonit. Pada zona ini di dominasi oleh Goethit (Fe2O3H2O), Hematite (Fe2O3) yang relatif tinggi, Gibbsite (Al2O3.3H2O), Clinoclore (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O) dan mineral-mineral hydrous silicates lainnya(mineral lempung) Bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun sekunder. Proses pembentukan bijih besi primer berhubungan dengan proses magmatisme berupa gravity settling dari besi dalam batuan dunit, kemudian diikuti dengan proses metamorfisme/metasomatsma yang diakhiri oleh proses hidrotermal akibat terobosan batuan beku dioritik. Jenis cebakan bijih besi primer didominasi magnetit – hematite dan sebagian berasosiasi dengan kromit – garnet, yang terdapat pada batuan dunit terubah dan genes-sekis.

Besi yang terbentuk secara sekunder di sebut besi laterit berasosiasi dengan batuan peridotit yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukan berjalan secara intensif karena pengaruh faktor-faktor kemiringan lereng yang relative kecil, air tanah dan cuaca, sehingga menghasilkan tanah laterit yang kadang-kadang masih mengandung bongkahan bijih besi hematite/goetit berukuran kerikil – kerakal.
Besi Laterit merupakan jenis cebakan endapan residu yang dihasilkan oleh proses pelapukan yang terjadi pada batuan peridotit/piroksenit dengan melibatkan dekomposisi, pengendapan kembali dan pengumpulan secara kimiawi . Bijih besi tipe laterit umumnya terdapat didaerah puncak perbukitan yang relative landai atau mempunyai kemiringan lereng dibawah 10%, sehingga menjadi salah satu factor utama dimana proses pelapukan secara kimiawi akan berperan lebih besar daripada proses mekanik. Sementara struktur dan karakteristik tanah relative dipengaruhi oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Adapun profil lengkap tanah laterit tersebut dari bagian atas ke bawah adalah sebagai berikut : zone limonit, zone pelindian (leaching zone) dan zone saprolit yang terletak di atas batuan asalnya (ultrabasa).

Zona pelindian yang terdapat diantara zona limonit dan zona saprolit ini hanya terbentuk apabila aliran air tanah berjalan lambat pada saat mencapai kondisi saturasi yang sesuai untuk membentuk endapan bijih. Pengendapan dapat terjadi di suatu daerah beriklim tropis dengan musim kering yang lama. Ketebalan zona ini sangat beragam karena dikendalikan oleh fluktuasi air tanah akibat peralihan musim kemarau dan musim penghujan, rekahan-rekahan dalam zona saprolit dan permeabilitas dalam zona limonit.

Derajat serpentinisasi batuan asal peridotit tampaknya mempengaruhi pembentukan zona saprolit, ditunjukkan oleh pembentukan zona saprolit dengan inti batuan sisa yang keras sebagai bentukan dari peridotit/piroksenit yang sedikit terserpentinisasikan, sementara batuan dengan gejala serpentinit yang kuat dapat menghasilkan zona saprolit .Fluktuasi air tanah yang kaya CO2 akan mengakibatkan kontak dengan saprolit batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Unsur Mg, Si, dan Ni dari batuan akan larut dan terbawa aliran air tanah dan akan membentuk mineral-mineral baru pada saat terjadi proses pengendapan kembali. Unsur-unsur yang tertinggal seperti Fe, Al, Mn, CO, dan Ni dalam zona limonit akan terikat sebagai mineral-mineral oksida/hidroksida diantaranya limonit, hematit, goetit, manganit dan lain-lain. Akibat pengurangan yang sangat besar dari Ni-unsur Mg dan Si tersebut, maka terjadi penyusutan zona saprolit yang masih banyak mengandung bongkah-bongkah batuan asal. Sehingga kadar hematit unsur residu di zona laterit bawah akan naik sampai 10 kali untuk membentuk pengayaan Fe2O3 hingga mencapai lebih dari 72% dengan spinel-krom relative naik hingga sekitar 5% .

Besi laterit

Mineral ini terbentuk dari pelapukan mineral utama berupa olivine dan piroksin. Mineral ini merupakan golongan mineral oksida hidroksida non silikat, mineral ini terbentuk dari unsur besi dan oksida atau FeO( ferrous oxides) kemudian mengalami proses oksidasi menjadi Fe2O3 lalu mengalami presipitasi atau proses hidroksil menjadi Fe2O3H2O ( geotithe). Mineral ini tingkat mobilitas unsurnya pada kondisi asam sangat rendah, oleh karena itu pada profil laterit banyak terkonsentrasi pada zona limonit.

Alumina

Unsur Al hadir dalam mineral piroksin, spinel (MgO.Al2O3), pada mineral sekunder seperti Clinochlor (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O), dan gibbsite (Al2O3.3H2O). Alumina sangat tidak larut pada air tanah yang ber Ph antara 4-9.

d. Eksplorasi Bijih Besi.

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.

Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :

- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

Readmore »

Pengaruh air tanah dalam pembentukan endapan laterit


Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Indonesia memiliki beberapa endapan laterit seperti endapan nikel, endapan aluminium (bauksit), dan juga endapan besi. Studi mengenai peranan airtanah dapat menambah referensi mengenai peranan airtanah terhadap proses pembentukan endapan laterit, khususnya dengan kondisi iklim di Indonesia. Airtanah akan berpengaruh terhadap perubahan komposisi mineral, kimia dan kondisi lingkungan berdasarkan pengukuran terhadap perubahan kualitas fisik air, komposisi kimia air dan tanah sebagai akibat dari proses leaching. Peranan airtanah yang berpengaruh pada kualitas endapan laterit juga dipelajari terhadap posisi dan waktu. Sampel airtanah, air hujan, tanah dan batuan yang berasal dari lokasi penambangan nikel laterit di Sorowako dan Pomalaa digunakan dalam penelitian ini. Keadaan aktual lapangan dimodelkan pada skala laboratorium. Hasil analisis memperlihatkan unsur dengan mobilitas rendah seperti Fe kecil kemungkinan tertransport sampai ke hilir. Airtanah akan masuk ke dalam rekahan yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya pelindian (leaching). Pada daerah dengan topografi tinggi, muka airtanah biasanya rendah memungkinan terjadinya pelindian sehingga menghasilkan horizon residual (limonit) dan akumulasi sapropilit. Pada daerah dengan relief yang rendah, drainase menjadi terhalang dan muka airtanah relatif dangkal. Adanya aliran air yang lambat menyebabkan larutan-larutan hasil pelapukan berpindah kembali, sehingga konsentrasi nikel lebih banyak pada zona-zona residual.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak • humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.


Readmore »


Readmore »